DALAMNYA MAKNA DARI KEGIATAN P5
DALAMNYA MAKNA DARI KEGIATAN P5
Gamma Maulidya - SMAN 1 Ambarawa
P5 merupakan singkatan dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Projek ini dilakukan oleh para siswa dan siswi dalam pembelajaran kurikulum merdeka. Projek ini dilakukan dengan kurun waktu 1-2 minggu. Projek ini mempunyai beberapa tema antara lain, Gaya hidup Berkelanjutan, Kearifan Lokal, Bhineka tunggal Ika, Bangunlah jiwa dan raganya, Perubahan iklim, Antiradikalisme, Kesehatan mental, wirausaha, teknologi dan kehidupan berdemokrasi. Sayangnya projek ini sering dianggap remeh bahkan dibenci oleh beberapa siswa di seluruh sekolah di Indonesia.
Di sekolah saya sendiri, para siswa siswi memandang P5 sebagai hal untuk menghindari pelajaran. Banyak kegiatan dalam P5 yang malah menjadi jam kosong. Tak sedikit para siswa yang memilih untuk bermain dan berpergian keluar kelas jika tidak ada pendamping dari guru. “Ke kantin yuk, toh hari ini P5”, “Malas masuk kelas ah, habis ini Cuma materi P5”, “Bolos aja lah, toh P5 ga memengaruhi nilaiku”. Ucap beberapa siswa dan siswi di SMANEGA Ketika P5 berlangsung.
Terus, jika mudah disepelekan seperti itu, tujuan P5 buat apasih? Buat pelarian dari materi mata pelajaran yang sulit? Atau malah buat prakterk banyak hal dan menguras isi dompet kita? Well well well… Kalau emang ga sepenting itu, boleh ga sih kita bolos P5? Menurut kamu, P5 itu apasih? “Projek Pemborosan”, “full jamkos bro”, “Gapapa P5 terus asalkan ga ada matematika” beberapa jawaban dari siswa SMANEGA saat kutanyai apa itu P5 atau hal apa yang kau suka saat P5 kebanyakan jawaban terdiri dari 3 hal diatas.
Padahal seharusnya P5 menjadi jalan, jembatan bagi siswa untuk meningkatkan kreativitas dan kepekaannya terhadap lingkungan. Artinya kita diajari, dituntut untuk bisa berinovasi membuat suatu karya yang memiliki nilai rupiah. Selain itu kita juga diminta untuk menjadi seorang yang mempunyai sensitivitas akan lingkungan sekitar. Dengan lebih peka terhadap lingkungan sekitar bisa jadi tidak hanyan kamu yang diuntungkan tetapi juga orang di sekitarmu.
Contohnya lebih langsungnya, kegiatan P5 kelas XI kemarin bertemakan ‘Bangunlah Jiwa dan Raganya’. Dalam kegiatan P5 kemarin, kita mengambil subtema perundungan. Dengan mencari pengertian, akibat dan segala aspek yang ada, kita jadi tahu mana yang disebut perundungan, mana yang disebut candaan. Setelah pembuatan mind map, poster, drama, dll,
diharapkan siswa siswi SMANEGA lebih berpikiran terbuka dan menghindari hal negative seperti perundungan.
Nah, dengan adanya Projek P5 tentang perundungan kemarin, diharapkan kita dapat lebih berhati-hati dengan cara kita memperlakukan teman kita. Dan bagaimana kita harus menangani dengan tegas Tindakan yang kekanak-kanakan seperti perundungan. Karena perundungan dapat menjadi dasar dari Tindakan tidak senonoh lainnya jika terus dibiarkan.
Tentu saja projek itu tidak berjalan semulus yang dibayangkan. Banyak siswa siswi kelas XI yang tidak mau bekerja sama dan berkontribusi dalam kegiatan P5 kali ini. Kata mereka ini membosakan, sudah pernah dipelajari, seperti anak SD, dan lain-lain. Mengapa perihal perundungan harus diajarkan terus menerus? Karena tak sedikit siswa siswi di seluruh Indonesia terlibat dalam kasus perundungan yang berisiko rendah hingga tinggi. Sehingga untuk menghindari terjadinya kasus yang berisiko, maka sekolah perlu mengadakan sosialisasi mengenai perundungan di sekolah.
Selain itu kelas X SMAN 1 Ambarawa kemarin, melaksanakan projek P5 berupa pembuatan batik. Entah itu batik tulis, cap, maupun ecoprint. Nah, dengan adanya projek tersebut siswa/siswi bisa menjadi lebih kreatif dengan memikirkan beragam motif yang berbeda satu sama lain. “Ah, apasih ni? Cuman buang-buang duit”, “Dapet capeknya doang”. Mungkin beberapa orang akan memikirkan hal seperti itu pada awalnya. Tapi itu benar ga sih, menurut kalian?
Sebagai siswa kelas XI, aku sempat melihatnya begitu. Beli kain, cat buat batik, bawa peralatan dll. Tapi ternyata aku salah. Kegiatan membatik saat P5 kemarin ga cuman buang-buang duit kok guys. Peralatannya-pun sudah tersedia. Jadi, sekolah itu sebisa mungkin membantu agar projek P5 ini berjalan dengan lancar. Lalu, setelah kain batik jadi, kain itu dijual oleh murid- murid dengan harga sekitar Rp15.000,00 s.d. Rp30.000,00. Jadi, untung banget ga sih? Apalagi kalau kain itu kita kreasikan lagi dan membentuk suatu karya yang lebih bernilai.
Tapi yang paling seru dari itu semua adalah kebersamaan. P5 memaksa kita untuk membuat sebuah kelompok dan bekerja sama di dalamnya. Dan projek dan praktek yang banyak itu bisa kita selesaikan dalam waktu satu minggu. Jadi memang benar jika kita mengerjakan semuanya Bersama-sama, tugas itu akan lebih mudah dan cepat. P5 mengajarkan kita pentingnya membuat hubungan yang erat dalam kelompok, satu sama lain.
Jadi bagi teman-teman yang hingga sekarang masih berpikir bahwa P5 itu membosankan, tidak berguna dan tidak bernilai, Yuk ubah pikiran kalian. Jika kalian membolos sekolah karena P5, mulai hari ini, ubah sikap itu. Datang ke sekolah maupun hanya harena ingin merasakan jam kosong. Karena di dalam jam kosong tersebut pula ada kebersamaan yang dijalani.
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini