Gotong Royong sebagai Kunci Suksesnya Kegiatan Bersama
Gotong Royong sebagai Kunci Suksesnya Kegiatan Bersama
Oleh: Khalila Anjali - SMAN 1 Ambarawa
Kota-kota yang berada di Indonesia, terdapat para masyarakatnya yang menerapkan sikap gotong royong sebagai sendi kehidupannya. Setiap satu minggu sekali atau setidaknya ketika hari libur, para warga mengadakan kerja bakti untuk membersihkan lingkungan. Macam-macam perilaku gotong royong dilaksanakan. Hingga akhirnya muncul adanya globalisasi, yang dimana membuat sikap gotong royong tersebut mulai luntur. Kegiatan tersebut mulai jarang dilakukan. Hal ini terutama lebih memberikan dampak kepada kota-kota besar di Indonesia. Masyarakat lebih memilih untuk melakukan hal lainnya dibandingkan ikut berperan aktif dalam suatu kegiatan bersama. Padahal, gotong royong merupakan salah satu dari 8 nilai hasthalaku yang sangat penting, juga merupakan sebuah kunci utama untuk terjalinnya 7 perilaku hasthalaku yang lainnya. Gotong royong, juga sangat berpengaruh pada gaya hidup seseorang, terutama bagaimana tingkah laku orang tersebut.
Menurut penelitian dari siswa di Universitas Sebelas Maret, perilaku gotong royong sudah mulai luntur akibat globalisasi. Selain itu, Analis Sosiologi yang juga Analis Komunikasi Politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing juga menyampaikan bahwa salah satu penyebab lunturnya gotong royong adalah kemajuan teknologi, salah satunya media sosial, yang dimana hal itu berkaitan dengan adanya era globalisasi. "Sehingga orang merasa tidak perlu melakukan sosialisasi. Efek dari media sosial itu menjauhkan yang dekat mendekatkan yang jauh," jelasnya kepada nusantaranews.co saat dihubungi, Sabtu (12/8/2017).
Sedangkan, pengertian gotong royong sendiri merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa, 'gotong' yang berarti 'pikul' dan 'royong' yang berarti 'bersama-sama'. Jadi, gotong royong adalah perilaku mengerjakan suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama, sehingga pekerjaan dapat cepat selesai dan tujuan bersama dapat tercapai karena adanya kesepakatan kerjasama. Maka dari itu, gotong royong tidak boleh hilang dari kehidupan masyarakat, terutama pada era globalisasi ini, karena merupakan salah satu warisan nenek moyang yang harus dilestarikan. Bahkan, dalam pidato Ir. Soekarno pada 1 Juni 1945 di hadapan peserta BPUPKI menyatakan bahwa gotong royong sebagai perjuangan bantu-binantu bersama dan suatu inti dari Pancasila.
Adanya era globalisasi ini, membuat para masyarakat semakin bersifat individual. Jika budaya gotong royong hilang, hal ini dapat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat Indonesia kedepannya. Inilah salah satu dampak negatif yang disebabkan oleh globalisasi, yang dimana tidak ada batas waktu dan jarak antar sesama manusia. Itulah mengapa kita harus melestarikan gotong royong. Jika kita menerapkan sikap gotong royong sebagai salah satu nilai hasthalaku dalam kehidupan sehari-hari, manfaat yang kita dapatkan akan banyak. Mulai dari terjalinnya kerjasama dan pengambilan keputusan bersama sehingga terciptanya lingkungan yang aman, tentram dan damai, dapat menjadikan diri kita menjadi pribadi yang lebih baik dengan memiliki harga diri yang tinggi. Selain itu, dengan gotong royong, perekonomian di Indonesia dapat merata dan meningkat dengan adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat.
Gotong royong tidak sepenuhnya hilang, hanya saja ‘mulai’ luntur. Meski begitu, tidak ada salahnya untuk berusahalah melakukan aksi dalam upaya melestarikan gotong royong yang bisa dilakukan pada kehidupan sehari-hari. Adapun aksi yang dapat dilakukan agar sikap gotong royong tidak hilang dan tetap dapat dilestarikan, yaitu sebagai berikut:
- Memiliki kesadaran akan sikap rela berkorban untuk kepentingan bersama/umum oleh seluruh anggota masyarakat.
- Saling membantu satu sama lain sebagai bentuk penerapan nilai Pancasila sila ke-3.
- Berusaha untuk tidak bersikap individualisme, sehingga terhindar dari perasaan canggung dan cuek di lapisan masyarakat.
Dari beberapa rekomendasi aksi yang sangat mudah diterapkan tersebut, diharapkan seluruh kalangan masyarakat mampu menerapkan aksi tersebut di dalam kehidupan sehari-hari, jadi tidak hanya para warga sekolah yang belajar mengenai hasthalaku. Sehingga, salah satu budaya atau warisan nenek moyang ini tidak tergerus seiring adanya era globalisasi. Penerapan sikap gotong royong ini tidak mementingkan latar belakang seseorang, namun bagaimana tingkatan kerjasama yang dimiliki setiap individu. Perbedaan suku, agama, ras, hingga profesi, tidak berpengaruh untuk penerapan contoh aksi ini. Hal ini sama dengan ciri dari ilmu sosiologi, yang dimana adalah suatu ilmu yang bersifat non-etis dan empiris. Hal tersebut karena pembahasannya tidak memperdebatkan mengenai baik atau buruknya, namun lebih menjelaskan dan atau mengatakan bagaimana fakta yang ada secara objektif, yang tentunya melalui proses observasi.
Indonesia merupakan suatu negara yang sangat beragam akan budayanya dan bermacam warna, itulah mengapa budaya gotong royong tercipta di Indonesia, dan harus dilestarikan. Begitu baik tujuan dari gotong royong, begitu banyak manfaat dari gotong royong yang bisa didapat, dan begitu mudah aksi yang dapat diterapkan. Maka dari itu, marilah kita melestarikan sikap gotong royong sebagai bukti bahwa kita warga Indonesia bangga akan warisan nenek moyang yang merupakan salah satu nilai hasthalaku, karena itulah sudah menjadi kewajiban kita.
Komentar
Jadilah yang pertama berkomentar di sini